Tuesday, January 21, 2014

Menanam Paria atau Pare secara Hidroponik

Pada suatu hari, setelah pulang dari warung kopi Udinwati, suami saya membawa oleh-oleh bibit paria dan bibit cengek domba dari Mas Iso. Paria bukan sayuran favorit saya, mengingat rasanya yang pahit. Walaupun ada di tukang siomay, tetap saja saya nggak suka. Tapi saya jatuh cinta pada pohonnya yang merambat dan buahnya yang bergelantungan. Jadi, bibitnya langsung saya tanam di cup bekas minuman soda. Bibit Paria ternyata tumbuhnya tidak seragam, ada yang duluan sampai punya daun 3, ada yang masih malu-malu. Yang masih malu-malu akan saya tanam ala hidroponik saja.


Ternyata biji paria yang malu-malu, tumbuhnya justru melebihi yang berdaun 3. Memang saya bedakan, yang berdaun 3 saya tanam di tanah. Dalam beberapa minggu saja pohon paria terlihat sehat dan langsung mengeluarkan daun-daunnya yang hijau segar. Dan sulur-sulurnya pun mencari-cari batang untuk merambat.


Ketika daun paria sudah tumbuh melebihi pagar balkon, saya langsung bikin sejenis jemuran dari tali rafia. Maksudnya supaya sang pohon merambat menyebrangi atap supaya terlihat lucu. Ternyata, setelah saya membaca wikipedia tentang paria, bahwa bunga paria tidak akan tumbuh di batang utama, tetapi di batang kedua atau ketiga. Jadinya saya mengambil keputusan memotong batang dengan daun ke 11, supaya batang generasi kedua muncul.  O iya, saya mencat tempat nutrisi paria karena serangan lumut yang sangat agresif. Sebetulnya tidak mengganggu tanamannya sih, cuman nggak enak dilihat saja. Cuman saya agak kerepotan memonitor cairan nutrisi karena sulit melihat batas cairannya. Dan saya baru ngerti juga kenapa air kemasan nggak boleh kena sinar matahari langusng karena akan menumbuhkan organisma, contohnya saja lumut yang ada di pot cairan nutrisi paria. 


Setelah batang dengan daun ke 11 dipotong, hasilnya batang dengan daun-daun baru bermunculan dan bikin tanaman jadi gondrong. Setelah itu juga muncul daun-daun kecil di setiap daun yang lama. Nah, rencana saya pengen memotong batang kedua ini ketika daunnya berjumlah 10 juga. tapi tidak semua batang, hanya 2 atau 3 batang saja sebagai percobaan dan upaya supaya bunga paria muncul. Hmmmm penasaran nunggu daun jumlah sepuluh dan membiarkan tumbuh sampai muncul bunga. Berpa lama lagi ya.... (daun yang ada baru berjumlah 6 niy)
 

Bersambung...hehehhehehe 

4 comments:

  1. itu bisa disayur juga? tapi kalo pait ya aku juga gak mau :))

    ReplyDelete
  2. katanya kalo disayur, rasa pahitnya akan berkurang Mas... hehehehhe tapi belum pernah nyoba masak yang jadi manis juga. Atau meungkin nyiramnya pake sirup biar buahnya berubah rasa hihihihihihih

    ReplyDelete
  3. Cara supaya pare ga terlalu pahit dimasak, setelah dibuang bijinya dan diiris2 kasih air garam terus diremas2, kemudian cuci bersih lagi di air mengalir.... pare enak bgt ditumis pedas, saya suka saya suka...:D

    ReplyDelete
  4. Terima kasih infonya, baru mulai nyemai benih. Rencananya, akan ditanam secara hidroponik.

    ReplyDelete