Saturday, January 25, 2014

Tragedi Menanam Tomat

Kalo liat pohon tomat tumbuh dan berbuah rasanya gimana gitu. Nah untuk menjawab rasa penasaran gimana gitu, saya dari mulai awal Bulan November sudah mulai menanam tomat. Benihnya saya ambil dari buah tomat sisa bikin sayur. Terus saya tanam dan tumbuh beberapa benih. Ada tujuh pohon yang sehat dan saya tanam di cup minuman. Rencananya kalo sudah besar nanti mau saya pisahkan satu persatu, dan akan ditanam di dalam pot saja.





Setelah lewat dari sebulan, saya pisahkan ketujuh pohon tomat itu ke dalam cup mie instant. Ada dua jenis mie cup yang saya pakai, yang sterofom dan kertas. Ternyata untuk tanaman lebih cocok yang sterofom karena tidak didatangi oleh siput dan kemasannya lebih anti air.


Perkembangannya, tidak terlalu baik. Entah mengapa ketika dipindah ke tempat bucket KFC, pohon malah tidak tumbuh dan daun mulai menguning. Akhirnya saya pindahkan ke tanah, posisi dekat teras yang jadi tempat kangkung sekarang ini. Tapi ternyata saya tidak berjodoh dengan tomat..... lahan tumbuhnya diacak-acak dan dijadikan toilet oleh kucing. Walhasil, dari tujuh tanaman, hanya dua yang bertahan, dan saya pindahkan segera sebelum semuanya terlambat.... hiks sedih banget, disayang-sayang tapi malah sekarat semua.


Setelah dipisah, tanaman tumbuh dengan subur sampai saya belikan plant cage di Ace Hardware untuk penyangga daun-daunnya yang tubuh subur.... tapi ternyata, cobaan terhadap pohon tomat belum berakhir... Entah kenapa, daun tomat saya jadi keriting dan tidak bertambah besar. Awalnya sempet curiga sama kutu trips, dan disemprot air rendaman tembakau. Tapi sudah lebih dari seminggu belum ada perubahan. Ya... Saya pasrah aja deh, semoga selamat dan berbuah dan bermanfaat dan membuat senang hati yang nanemnya. amiiiinnnnn

Tuesday, January 21, 2014

Menanam Paria atau Pare secara Hidroponik

Pada suatu hari, setelah pulang dari warung kopi Udinwati, suami saya membawa oleh-oleh bibit paria dan bibit cengek domba dari Mas Iso. Paria bukan sayuran favorit saya, mengingat rasanya yang pahit. Walaupun ada di tukang siomay, tetap saja saya nggak suka. Tapi saya jatuh cinta pada pohonnya yang merambat dan buahnya yang bergelantungan. Jadi, bibitnya langsung saya tanam di cup bekas minuman soda. Bibit Paria ternyata tumbuhnya tidak seragam, ada yang duluan sampai punya daun 3, ada yang masih malu-malu. Yang masih malu-malu akan saya tanam ala hidroponik saja.


Ternyata biji paria yang malu-malu, tumbuhnya justru melebihi yang berdaun 3. Memang saya bedakan, yang berdaun 3 saya tanam di tanah. Dalam beberapa minggu saja pohon paria terlihat sehat dan langsung mengeluarkan daun-daunnya yang hijau segar. Dan sulur-sulurnya pun mencari-cari batang untuk merambat.


Ketika daun paria sudah tumbuh melebihi pagar balkon, saya langsung bikin sejenis jemuran dari tali rafia. Maksudnya supaya sang pohon merambat menyebrangi atap supaya terlihat lucu. Ternyata, setelah saya membaca wikipedia tentang paria, bahwa bunga paria tidak akan tumbuh di batang utama, tetapi di batang kedua atau ketiga. Jadinya saya mengambil keputusan memotong batang dengan daun ke 11, supaya batang generasi kedua muncul.  O iya, saya mencat tempat nutrisi paria karena serangan lumut yang sangat agresif. Sebetulnya tidak mengganggu tanamannya sih, cuman nggak enak dilihat saja. Cuman saya agak kerepotan memonitor cairan nutrisi karena sulit melihat batas cairannya. Dan saya baru ngerti juga kenapa air kemasan nggak boleh kena sinar matahari langusng karena akan menumbuhkan organisma, contohnya saja lumut yang ada di pot cairan nutrisi paria. 


Setelah batang dengan daun ke 11 dipotong, hasilnya batang dengan daun-daun baru bermunculan dan bikin tanaman jadi gondrong. Setelah itu juga muncul daun-daun kecil di setiap daun yang lama. Nah, rencana saya pengen memotong batang kedua ini ketika daunnya berjumlah 10 juga. tapi tidak semua batang, hanya 2 atau 3 batang saja sebagai percobaan dan upaya supaya bunga paria muncul. Hmmmm penasaran nunggu daun jumlah sepuluh dan membiarkan tumbuh sampai muncul bunga. Berpa lama lagi ya.... (daun yang ada baru berjumlah 6 niy)
 

Bersambung...hehehhehehe 

Monday, January 20, 2014

Beginner hidroponik : Menanam Pakchoy Putih

Terbatasnya lahan bukan halangan untuk bisa menanam sayuran di rumah. Dengan berbekal ilmu dari  google dan blog teman-teman, saya memberanikan diri untuk memulai menanam hidroponik sederhana dirumah. Hidroponik yang saya coba, jauh dari kesan rumit dan mahal, karena semua bahan yang saya gunakan ada dilingkungan rumah tanpa harus mencari-cari. Saya mencoba menanam hidroponik dengan sistem wick atau sumbu. Petunjuk pembuatannya saya dapatkan dari blognya Bapak Teguh di Bontang tentang mencoba hidroponik sederhana. Untuk reservoir airnya, saya menggunakan botol air kemasan bekas yang dibelah dua. Sumbunya saya gunakan baju dalam dan kaos kaki anak-anak yang sudah tidak terpakai dan tidak mungkin dihibahkan. Nah... ini catatan saya ketika mencoba menanam hidroponik sistem wick pada tanaman pakchoy. 

1. Bibit sawi disemai dan dalam tiga hari muncul tanaman bayi seperti ini. (27 Desember 2013)
Kesalahan : Gara-gara nafsu dan pengen punya tanaman hidroponik, bibit yang sangan rentan ini langsung saya pindah ke botol air kemasan. Padahal daunnya baru ada dua helai. Seharusnya saya menunggu sampai ada 4 helai dan berumur lebih dari dua minggu...



2. Bibit sawi hidroponik (12 Januari 2014).
Kali ini saya nekat menggunakan media bata tumbuk untuk media pertumbuhan sawi. Soalnya belum sempet ke toko pertanian untuk beli cocopeat. Katanya sih, bata bisa jadi media karena bisa menyerap dan menampung air. Nah, ukurannya katanya jangan terlalu besar karena untuk pemudahan penyusunan. Untuk nutrisi airnya, saya tidak menggunakan larutan AB mix yang khusus untuk nutrisi hidroponik. Karena merasa baru mau memulai dan belum skala serius, saya menggunakan campuran air sumur, pupuk npk mutiara (beli di tani sugih, 1kg nya 10rb) dan pupuk mikro merek growmore yang untuk daun. Untuk sementara, tumbuhan berhasil tumbuh dengan racikan tersebut. 


3. Sawi Mungil bertambah daun (19 Januari 2014)
Dalam seminggu, daun sawi mulai membuat hati gembira, mulai bertambah dan mulai tumbuh besar. Rata-rata daun sudah mulai tumbuh lebih dari 4 helai. 
Keslahan: Masih ingat saya menanam hanya menggunakan bata dengan ukuran yang suka-suka. Ternyata itu membuat bencana. Di beberapa tempat air kemasan, bata dengan ukuran yang besar-besar ternyata tidak bisa membuat sawi tumbuh dengan nyaman. Karena sulitnya menembus sumber air, batang jadi mengecil dan berakhir menjadi patah dan tanaman layu seperti foto sebelah kiri. Akhirnya saya selamatkan dengan menambahkan tanah ke media tanam bata. Entah lah minggu depan ada perbaikan atau akan timbul korban baru....





4. Sisa 4 pot lagi (28 Januari 2014)
Ternyata korban masih berjatuhan dan hanya menyisakan 4 buah pot Pakchoy. Agak sedih juga sih melihat satu persatu tanaman berguguran. Tapi ya sudahlah diambil hikmaknya dan untuk penanaman berikutnya lebih baik dan lebih subur lagi. Tinggal nunggu panen niy, trus ditumis pake bakso nyam...nyam..nyam... Kalo panen sekarang bisa juga jadi baby pakchoy tapinya nggak kerasa, abis daunnya sedikit banget ya... Nunggu panen raya deh ....

Thursday, January 16, 2014

Beginner project : Kangkung

Sebetulnya ini bukan proyek menanam saya yang pertama, saya sangat ambisius dengan hobi baru ini. Saya langsung menanam tomat dan cabe di rumah tanpa pengetahuan yang memadai. Tomat yang bibitnya saya ambil dari sisa memasak langsung dibibit dan saya rasanya sih sehat dan saya seneng liat perkembangannya, sampai saya liatin lebih dari 6 kali sehari. Nah, setelah ngerasa cukup umur, saya pindahkan tomat ke lahan kecil dekat teras rumah. Tomat sepertinya hepi untuk tumbuh kembang disana sampai satu hari terjadilah bencana..... lahan saya dijadikan toilet oleh kucing-kucing ABG peliharaan anak saya :..( Alhasil, tomat saya tewas dengan sukses. 

Nah dari pada meratapi kepergian tomat, akhirnya saya banting stir dengan back to basic, menanam kangkung. Kenapa kangkung? karena kangkung itu tumbuhnya cepet, nggak usah disemai, biji tinggal lempar langsung tumbuh dan jadi. Perawatan ringan, tinggal siram dan tunggu besar untuk panen... Pokoknya cocok jadi obat sakit hati ditinggal tomat. 

kangkung di lahan mungil teras
cepet besar padahal baru 10 hari
Awal tahun ini saya menanam kangkung, dan menyebarkan bibitnya secara tak teratur. Dan ketika berkecambah baru ketahuan kalo ada bagian yang tidak rata terkena bibit. Hari ketiga sudah muncul daun awal kangkung yang seperti membentuk huruf Y. Nah daun ini terus ada sampai hari ke tujuh. Hari ke 10 mulai tumbuh bakal daun lainnya, jadinya daun-daun mulai ramai. Perawatan kangkung saya biasa saja, hanya disiram pagi dan sore. Pagi biasanya saya siram dengan air cucian beras dan malam air tadahan hujan. Alhamdulilah, lancar dan sepertinya dijauhkan dari si kucing hehehheheheh

sudah 17 hari lho
Hari ke 17 kangkung tampak mulai gede walaupun belum banyak daun barunya. Batangnya juga belum membesar. Biasanya kalo sudah begini tinggal menunggu sekitar sebulan lagi untuk panen. Ngarep ah bisa panen raya kangkung ....

Monday, January 6, 2014

Welcome to my gardening project...

Entah mendapat ide dan ilham darimana, tiba-tiba tahun ini saya pengen punya hobi berkebun. Ini ciyusss bukan hanya ide cemerlang (orang rumah juga bingung dengan keinginan saya yang satu ini). Sebetulnya ini gara-gara liat-liat blog teman-teman yang hobi berkebun, melihat bagaimana semangat dan kreativitas mereka dalam berkebun, urban farming dengan lahan yang sangat terbatas. Terus dipicu dengan harga sayur mayur kebutuhan sehari-hari yang sangat meningkat. Pusying kan mikirinnya....

Nah, karena keinginan yang kuat inilah saya meminta lahan untuk berkebun ke suami. Suami yang sangat hapal sepak terjang saya hanya memberi lahan kecil untuk menanam. Katanya antisipasi kalo saya akan cepet bosan jadi nggak sampe ngerusak seisi rumah karena brilliant projectnya saya. Agak manyun sih, abis kecil banget, mo nanem apa coba.... Daripada ditanam rumput kan mendingan juga nanem sayur, hasilnya ada. Tapi daripada ijinnya dicabut, akhirnya saya ambil juga deh lahan sedepa itu. 

tanaman pertama yang saya  Sereh
Proyek pertama saya adalah menanam sereh atau serai atau bahasa Inggrisnya Lemongrass. Kalo ditilik dari arti terjemahan bebas tapi sopan, rumput jeruk. Hehehhehe agak masuk akal sih, Lemongrass ini berbentuk seperti alang-alang tetapi mempunyai aroma jeruk yang kuat. Saya menanam ini karena sering memerlukan serai untuk memasak. Hampir seluruh resep masakan Indonesia, Thailand dan asia menggunakannya. Cara menanam serai ini paling mudah karena tinggal menancapkan batang bawah serai ke tanah dan beberapa hari kemudian akan muncul daun baru pertanda serai berhasil tumbuh. Seperti rumput ilalang, serai tumbuh dengan sangat cepat dan harus rajin dipangkas supaya daunnya tidak gondrong.  


Balkon mini tempat saya menanam hidroponik
Kalo ini balkon mini diatas yang tidak dipergunakan untuk kegiatan apapun. Cuman untuk ngejemur pas hari sedang hujan. Sayangkan, fungsinya tidak dimaksimalkan. Awalnya saya mau menanam menggunakan pot, tapi ternyata jadi ribet karena harus menyediakan pembuangan air dari pot, kalo tidak bisa jadi tergenang balkonnya.Setelah baca-baca blog dan search google, akhirnya diputuskan untuk menanam ala Hidroponik. Mengapa, karena lebih sedikit air yang dibutuhkan, tidak memerlukan tanah, tidak diganggu kucing (hiks tragedi pohon tomat tewas oleh anak kucing) dan lebih bersih.
 
Hidroponik sederhana di Balkon
Nah, ini beberapa percobaan di Balkon Mini, hidroponik pake botol bekas minuman. Untuk sementara koleksi saya belum banyak karena saya masih merapikan dahulu semua dan membuat daftar tanaman yang ingin saya tanam. Dan semoga blog dengan subjudul ini juga akan terus langgeng bukan hanya semusim.